Struktur Ekosistem Perairan DaratanApabila kita berbicara tentang bagaimana suatu sistem interaksi antara komponen biotik dan komponen abiotik, maka sebenarnya kita ingin mengetahui keseimbangan yang telah terjadi. Dengan demikian, kita bisa merencanakan pemanfaatan yang berkesinampungan dalam rangka mensukseskan pembangunan berkelanjutan. Lebih lanjut kita seyogyanya menyamakan persepsi tentang makna pembangunan berkelanjutan. Secara sederhana, pembangunan berkelanjutan adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada sedemikian sehingga kebutuhan manusia terpenuhi dalam satuan waktu dan kelestarian sumberdaya alam yang ada tetap terjaga atau sedikit mungkin mengalami penurunan daya dukung. Guna lebih memahami bagaimana cara mengelola ekosistem perairan darat untuk pembangunan berkelanjutan, kita harus memahami bagaimana struktur ekosistem tersebut. Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang struktur pewilayahan ekosistem perairan darat, maka tipe perairan darat perlu kita ketahui. Berdasarkan tipe aliran airnya, ekosistem perairan daratan terbagi atas tipe yaitu perairan mengalir (lotic water), dan perairan menggenang (lentic water). Perairan mengalir ditandai dengan adanya arus (perindahan massa air) secara terus menerus, sedangkan perairan menggenang dicirikan dengan aliran air yang sangat lambat dan bahkan tidak mengalir seperti danau. Berkaitan dengan aliran air tersebut, maka struktur komunitas yang mampu beradaptasi dan bentuk dasar perairan sangat berbeda. Pengetahuan tentang dinamika dan struktur kedua ekosistem tersebut akan mengantarkan kita pada cara untuk mengelola yang tepat (memanfaatkan dan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan). Limnologi, tidak hanya mempelajari tentang tipe perairan tawar, tetapi juga mempelajari pembagian wilayah perairan, baik secara vertikal maupun horisontal. Pembagian wilayah tersebut dikenal dengan zonasi. Lebih luas, zonasi digunakan untuk menandai wilayah perairan sesuai dengan karakteristik dan kualitas perairannya berkaitan dengan pola pemanfaatan apa yang dapat dikembangkan di wilayah-wilayah tersebut. Sebagai contoh, wilayah perairan , biasanya terbagi atas tiga wilayah atau tiga zona, yaitu zona inti, zona pemanfaatan, dan zona penyangga.
|
Pemanfaatan Ekosistem Perairan TawarSungai adalah salah satu dari perairan tawar bertipe lotic, dan sebagai salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan nilai bagi kehidupan manusia. Salah satu pemanfaatan ekosistem ini adalah untuk lahan budidaya ikan air deras. Pada daerah-daerah pegunungan yang memiliki kualitas perairan sangat bagus, khususnya variabel fisika perairan, air dijadikan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air bersih termasuk sebagai salah satu sumber air minum. kondisi seperti ini sangat dimungkinkan mengingat parameter lingkungan berkaitan dengan kelayakan air sebagai sumber air bersih masih berada pada nilai kisaran lebih rendah dari baku mutu air sebagai sumber air bersih. Kondisi seperti ini jarang dan dapat dikatakan hampir tidak dapat diterapkan untuk sumber air tawar di daerah perkotaan yang relatif telah tercemar oleh senyawa kimiawi dan organisme patogen (pembawa penyakit bagi manusia). Pemanfaatan ekosistem lotic untuk budidaya ikan air tawar, perlu memperhatikan usaha lainnya yang membutuhkan pasokan air dari sungai tersebut. Aktivitas manusia yang cenderung memebrikan dampak negatif pada wilayah perairan, dewasa ini menambah nilai kelangkaan sumberdaya air. Oleh karenanya, di beberapa wilayah, penggunaan air secara bersama-sama ini sering menimbulkan konflik kepentingan atau tumpang tindih kepentingan. Pada kasus seperti ini, maka peran pemerintah sebagai pengawas dan pengarah sangat diperlukan. Kondisi yang diharapkan terwujud adalah semua pihak dapat memiliki hak penggunaan yang sama dan melaksanakan kewajiban berupa menjaga kelestarian sumberdaya tersebut secara adil dan merata. Fenomena yang terjadi tidaklah demikian. Ego sektoral dan kepemilikan sumberdaya yang diintepretasikan berbeda-beda terhadap pemerintahan daerah (UU No. 32 Tahun 2004).
|
Parameter Kualitas LingkunganKualitas lingkungan perairan tawar menggambarkan kondisi lingkungan tersebut. Variabel yang bisanya diamati untuk menduga kualitas lingkungan perairan tawar adalah fisika, kimia dan biologi. Parameter-parameter yang diamati pada variabel fisika adalah suhu, kecerahan, daya hantar listrik, salinitas (air payau), kekeruhan, padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Variabel kimia perairan tawar meliputi oksigen terlarut (desolved oxygen/DO), biologycal oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), pH dan senyawa-senyawa kimia tertentu. Variabel biologi perairan tawar meliputi jenis dan keadaan biota akuatik yang berinetaksi dalam ekosistem perairan tawar tersebut. Pada beberapa keperluan, hasil analisis kualitas lingkungan selanjutnya dipadankan dengan baku mutu lingkungan perairan sesuai dengan peruntukannya untuk mengetahui kelayakan air tersebut untuk salah satu kegiatan pemanfaatan. Sebagai contoh, air untuk air minum harus memiliki kandungan padatan tersuspensi kurang dari 100 ppm, maka apabila air memiliki nilai padatan tersuspensi melebihi 100 ppm, air tersebut tidak layak dijadikan sebagai air baku air minum. Baku mutu air sesuai dengan kebutuhannya dapat dilihat dari regulasi yang mengatur kebutuhan tersebut. Sebagai contoh, untuk kelayakan air baku air minum menggunakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang mengatur tentang air baku air minum. Cara mendapatkan peraturan-peraturan berkaitan dengan pengelolaan air dan/atau sumberdaya lainnya, saat ini adalah sangat mudah. Peraturan dan berbagai referensi tersedia dalam bentuk layanan on-line. Beberapa peraturan Pemerintah Republik Indonesia berkaitan dengan perairan diantaranya Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: KEP-52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Hotel, Peraturan Menteri Kesehatan No: 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Ketiga peraturan itu adalah tiga contoh dari berbagai peraturan yang mengatur pengelolaan perairan.
|
Pendugaan Kualitas PerairanApabila kita berbicara tentang kualitas perairan, maka kita harus memulain berpikir tentang variabel dan parameter apa sajakah yang akan kita ukur untuk menduga kualitas perairan. Pendugaan kualitas perairan diperlukan untuk mempelajari karakteristik perairan itu sendiri dan juga untuk mengkaji kegiatan apa sajakah yang sesuai dengan kondisi perairan tersebut serta bagaimana cara untuk mempertahankan perairan dengan kualitas tersebut. Pada kegiatan pendugaan kualitas perairan, terdapat tiga variabel yang akan diamati yaitu variabel fifika, kimia dan biologi. Masing-masing variabel, biasanya kita menentukan parameter berdasarkan ketiga variabel tersebut. Pemilihan parameter bergantung pada untuk kegiatan apakah data itu selanjutnya. Sebagai contoh, apabila kita ingin melakukan budidaya nila pada suatu wilayah perairan tawar, maka parameter-parameter yang dipilih untuk selanjutnya diadakan pengukuran disesuaikan dengan syarat hidup dari ikan nila. Contoh lain, apabila kita ingin menggunakan suatu sumber air tawar untuk air minum, maka parameter yang dipilih adalah parameter yang sesuai dengan kelayakan air untuk air minum. Pemilihan paramter-parameter tersebut dapat dilakukan dengan penelusuran literatur dan/atau peraturan-peraturan yang memuat parameter-parameter yang perlu diukur untuk menentukan satu keputusan pengelolaan ekosistem perairan. Pada umumnya, variabel fisika meliputi beberapa parameter yaitu suhu, kecerahan, turbiditas, daya hantar listrik (DHL), kekeruhan, sedangkan variabel kimia meliputi beberapa parameter meliputi pH, biological oxygen deman (BOD), chemical oxygen deman (COD). Variabel biologi meliputi beberapa parameter yaitu total coliform, jenis biota akuatik, mikroorganisme. Ketika ada pertanyaan, apa kegunaan pendugaan kualitas air untuk menentukan kelayakan sumber air sebagai air baku air minum, maka jawaban sederhananya adalah air tersebut layak atau tidak dijadikan sebagai sumber air baku air minum. Tahapan berpikirnya adalah sebagai berikut: 1). Penentuan parameter sumber air sebagai air baku air minum, perlu mencari peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang mengatur tentang kelayakan air minum, 2). Melakukan pengujian sesuai dengan parameter dengan alat ukur yang sesuai, 3). Membandingkan hasil pengukuran dengan ketetapan yang ada (baku mutu) untuk mengetahui layak dan tidaknya air tersebut untuk air baku air minum. Pertanyaan berikutnya, bagaimana kita memutuskan air itu layak atau tidak layak untuk air minum? Jawabannya adalah apabila hasil pengukuran kualitas air berada di bawah baku mutu maka jawabannya adalah air tersebut layak sebagai sumber air baku air minum, dan demikian sebaliknya. sebagai contoh, air sebagai air baku air minum harus memiliki nilai Total Desolved Solid (TDS) tidak lebih dari 100 ppm, maka apabila hasil pengukuran TDS-hasilnya 250 ppm maka kita nyatakan air tersebut tidak layak sebagai sumber air baku air minum.
|
Pengambilan Sampel AirPendugaan kualitas perairan melalui pengamatan variabel fisika, kimia dan biologi, dapat dilakukan dengan cara in-situ dan/atau ex-situ. Cara in-situ dimaksudkan adalah pengukuran semua variabel pengamatan tersebut dilakukan di tempat (wilayah perairan yang akan diamati kualitasnya), sedangkan apabila peralatan yang diperlukan tidak memungkinkan maka cara ex-situlah yang digunakan. Cara ex-situ adalah mengamati variabel-variabel dengan membawa sejumlah sampel air untuk selanjutnya dianalisa di laboratorium di tempat yang berbeda. Berkaitan dengan membawa sampel dari tempat (sumber) ke laboratorium memerlukan prosedur pengawetan sampel . Prosedur atau tata cara pengawetan sampel disesuaikan dengan tujuan analisa air di laboratorium. Sebagai contoh, untuk pengawetan air dengan tujuan mengamati mikroorganisme dilakukan dengan menetesi air sampel dengan formalin pada konsentrasi tertentu. Tujuan pengawetan sampel adalah untuk meminimalkan pengaruh perjalanan dan perubahan kondisi lingkungan sedemikian sehingga hasil analisa tersebut mendekati kondisi sebenarnya dimana sampel air tersebut diambil. Perkembangan teknologi telah banyak membantu keperluan pengkajian kualitas perairan berdasarkan tiga variabel yang kita amati, dalam bentuk terciptanya perangkat pengukuran kualitas air yang mudah dipindahkan dan sangat mudah digunakan. Meskipun demikian, guna keperluan identifikasi dan penghitungan biota akuatik yang ada didalamnya, maka pendugaan kualitas lingkungan masih menggunakan dua cara
|
|
PROFIL SUMBERDAYA PERAIRAN TAWAR DI INDONESIA
- Air Terjun Wera | Alabio Polder | Apar Besar | Babat | Bakau Muara Kampar | Bakau Selat Dumai | Bakiriang | Bali Barat | Baluran | Banyuasin-Musi River Delta | Banyuwangi Selatan | Barombong | Batu Putih | Berbak | Buaya Bukit Batu | Bukit Barisan Selatan | Bukit Gedang Seblat | Bulukumba | Bulurokeng | Bunaken | Candi Dasa | Cikepuh | Danau Anggi | Danau Ayamaru | Danau Bankau | Danau Bawah and Pulau Besar | Danau Belat / Besar Sekak / Sarang Burung | Danau Bian | Danau Bratan | Danau Burung | Danau Buyan | Danau DiAtas | Danau DiBawah | Danau Enarotali/Wissel | Danau Ira Lalaro | Danau Jepara | Danau Kelimutu | Danau Lebu (Taliwang) | Danau Limboto | Danau Maninjau | Danau Matano dan Danau Mahalona | Danau Moaat | Danau Pandan | Danau Poso | Danau Ranamese | Danau Segara-anak | Danau Sembuluh | Danau Sentani | Danau Sentarum | Danau Sidenreng | Danau Singkarak | Danau Tempe dan Danau Buaya | Danau Toba | Danau Tondano | Danau Towuti | Danau Usipoka-Danau Undun | Danau Yamur | Dataran Bena | Dataran Lambale/Laangkumbe | Dataran Lariang Lumu | Dataran Lasolo | Dataran Sampara | Dolok Sembelin | Dusun Besar | Giam-Siak Kecil | Gunung Gamkonora | Gunung Jagatamu | Gunung Kelapat Muda | Gunung Leuser | Gunung Palung | Hutan Bakau Pantai Timor | Hutan Bakau Pantai Timur | Hutan Batu Gendang | Hutan Mangrove Kalimantan Selatan | Hutan Mangrove Kalimantan Tengah | Hutan Mangrove Lantung | Hutan Sambas | Hutan Selalu Legini | Hutan Simlah | Wisata Sicikeh-cikeh | Jamursba-Medi | Karang Gading Langkat Timur Laut | Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup | Kelompok Gunung Asuansang | Kelompok Hutan Kahayan | Kemayoran | Kep.Tukang Besi/Wakatobi | Kepulauan Aru Tenggara | Kepulauan Kai | Kepulauan Kangean | Kepulauan Karimun Jawa | Kepulauan Lucipara dan Penyu | Kepulauan Padaido | Kepulauan Sangalaki | Kepulauan Togian | Kerinci Seblat | Kerumutan Baru | Kerumutan Lama | Komodo | Krakatau | Kuala Batangtoru | Kuala Jambu Air | Kuala Langsa | Kuta-Gerupuk | Bay | Kutai | Lahan basah Sungai Jelai | Lamikomiko | Lampuko - Mampie | Lau Tapus | Laut Taka Bone Rate | Laut Teluk Cenderawasih | Lembah Laa | Leuweung Sancang | Lore Lindu | Lorentz | Lunang | Malili Lake | System | Mamberamo - Foja | Mandor | Mangrove Balantak Utara | Mangrove Sedayu | Manusela | Mapianya Island | Marisa Kompleks | Meru Betiri | Morowali | Muara | Ancalong | Muara Angke | Muara Bobos | Muara Bulian | Muara Cimanuk | Muara Gembong | Muara Kaman | Muara Kayan | Muara Kendawangan | Muara Sebuku | Muara Siberut | Muara Sungai Baliase | Muara Sungai Guntung | Muara sungai Laa Tambalako | Muara Sungai Progo | Muara Sungai Salowatu | Napie Basin, | uasa | Nusa Barung | Ogan-Komering Lebaks | Padang Sugihan | Palembang Lebaks | Paloh | Pamukan | Panelokan:Lake Batur | Pantai Samarinda | Pegunungan | Kumawa | Penanjung Pangandaran | Perairan Pulau Maratua dan Karang Muaras | Perairan Pulau Peleng | Perairan Sungai Mahakam | Percut Sumatra Utara | Perian | Pleihari Martapura | Pleihari Tanah Laut | Polewai | Polewali-Mapili | Pulau Bacan | Pulau Bakung, including Tanjung Bakung | Pulau Bangkaru | Pulau Baun | Pulau Bawean | Pulau Berkeh | Pulau Betet | Pulau Birah-Birahan | Pulau Burung | Pulau Dolongan | Pulau Dua | Pulau Kaget | Pulau Kassa | Pulau Kawi - Kabia | Pulau Kembang | Pulau Kimaam | Pulau Kisar (CA Gunung Api Kisar) | Pulau Kobror | Pulau Manuk | Pulau Menipo | Pulau Menyawak | Pulau Morotai | Pulau Padang dan Danau Tanjung Padang | Pulau Panaitan | Pulau Panjang | Pulau Pari | Pulau Pombo | Pulau Pombo | Pulau Pulau Banda | Pulau Rambut | Pulau Rupat | Pulau Rusa | Pulau Satonda | Pulau Sebuku | Pulau Simeulue | Pulau Suanggi | Pulau Sumba | Pulau Supiori | Pulau Suwangi | Pulau Weh and Iboih | Pulau Wetar dan Telaga Tilu | Rawa Aopa Watumohai | Rawa Cincin | Rawa Danau | Rawa Gajonggong | Rawa gambut Sontang | Rawa gambut Sungai Gaung | Rawa gambut Sungai Kampar | Rawa gambut Tanjung Tapah | Rawa Lakbok | Rawa Mangrove Maubesi | Rawa Pening | Rawa-rawa Kubu-Padang Tikar | Rimbo Panti | Saluki | Sangkulirang | Segara Anakan | Sei Prapat | Selat Muna | Sembilang | Siberut/Pulau Siberut | Singkil Barat | Siondop | Situ Cipondoh | Solo Maradja | Sukolilo | Sungai Air Hitam Topogenous Peat | Sungai Bangkung | Sungai Batang Toru | Sungai Berambai | Sungai Digul | Sungai Kais | Sungai Lalang | Sungai Lorentz | Sungai Masang Gading | Sungai Merang | Sungai Rawa gambut Lematang | Sungai Rokan | Sungai Rouffaer | Talisayan | Taman Laut Tujuhbelas Pulau | Tambora Selatan | Tanjung Batikolo | Tanjung Datuk | Tanjung Dewa Barat | Tanjung Jabung | Tanjung Kelumpang | Tanjung Penghujan | Tanjung Peropa | Tanjung Puting (extension) | Tanjung Putting | Tanjung Sedari | Tanjung Sinebo/Pulau Alang Besar | Tanjung Wandammen | Telaga Patenggang | Teluk Apar and Teluk Adang | Teluk Bintuni | Teluk Bone | Teluk Jakarta | Teluk Kosa, Seram | Teluk Kotania | Teluk Kumai/Sungai Kumai | Teluk Kupang | Teluk Maumere | Teluk Sampit/Tanjung Bandaran | Teluk Wasile | Terusan Dalam dan daerah sekitarnya | Tulang Bawang | Ujung Kulon | Ujung Raya | Wae Apu | Wae Bula | Wae Mual | Wae Nua | Wae Upa | Wasur and CA. Rawa Biru | Way Kambas | Yamdena dan Kepulauan Tanimbar